1 Mei 2010, sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Hari yang benar-banar berkesan bagi likuan cerita kehidupanku. Bukan karena hari itu adalah hari dimana aku mendapatkan undian berhadian semacam mobil Honda City atau motor sport sekelas Honda CBR 250cc atau bahkan mendapatkan pacar baru yang begitu cantik dan seksi pujaan setiap orang ataupun hal lainnya, akan tetapi sebaliknya, hari itu adalah merupakan hari dimana aku menjerit dan menangis yang tak pernah sebelumnya, saat yang tak mungkin dapat kulupa dan memang semestinya takan pernah kulenyapkan dari memori otak ini, coretan tinta kisah tragis yang mungkin musibah biasa ataukah sebuah teguran dari Yang Maha Kekal? Tapi yang pasti hari itu menjadi bagian dari saat-saat tersulit dalam hidupku. “Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih” jauh dari perkiraanku bahkan tak terbersit sedikitpun dalam benakku jika sore itu aku akan mengalami sebuah kecelakaan tunggal. Ditengah rintik gerimis yang mulai deras, niatku untuk pulang dari tempat teman ternyata berujung dengan musibah yang na”as sore itu, semua memang telah digariskan, jalanan rusak dan berlubang adalah menjadi titik awal penyebab musiabah itu, dengan kecepatan kira-kira 70km/jam menambah faktor kelalaianku yang pada saat itu keadaan tidak memungkinkan untuk melaju dengan sekencang itu, tapi apalah daya, “Nasi sudah menjadi bubur”. Masih tergambar jelas saat-saat dimana aku harus terlempar tidak kurang dari 6 meter bersama motor Honda Supra X 125cc warna biru, saat-saat dimana aku hampir tidak sadarkan diri sesaat setelah kejadian, saat-saat aku harus menyaksikan sendiri bahwa ternyata samping lutut kaki kananku berlubang sebesar kelereng hingga tulang lututku terlihat, yang untunglah pada saat itu juga aku diselamatkan dan dibawa kerumah warga terdekat bahkan merekapun ternyata tidak segan-segannya menolongku dengan mencucika luka-luka yang masih mengangah itu. Bukan hanya itu, gambaran jelas masih terngiang dimana aku harus memasuki ruang UGD di RSI Banjarnegara, saat-saat aku harus menghadapi tajamnya 3 jarum suntik bius lokak untuk kaki kananku, runcingnya jarum jahit dan kedua petugas khusus UGD yang serasa tanpa sungkan dan ragu-ragu melakukan tugasnya. Jerit tangis kesakitan akhirnya pecah menggema memenuhi ruangan menyebar memenuhi lorong-lorong ruangan rumah sakit sore itu, sakit yang teramat sangat yang bagaikan menusuk menjalar keseluruh jaringan tubuh hingga membekukan sel-sel darahku. Sepanjang proses pembersihan luka hingga proses penjahitan lubang lutut kanan yang dapat kulakukan hanyalah menangis, merintih, menjerit dan ucapan "Istigfarpun" padaNYA senantiasa keluar dari mulutku, sesekali aku meminta pada kedua petugas untuk lebih pelan-pelan. Semua sakit yang kurasakan mungkin tidak dapat kugambarkan pada saat itu bahkan hingga tetesan air mata yang semula kelua, jeritan yang semua menggema, dalam puncak kesakitan yang luar biasa itu, teriakanku bahkan tidak bersuara lagi dan tangisankupun tidak mampu keluar air mata lagi, rasa kuasa menahan telah lenyap, yang ada tinggalah waktu yang memang pada saat itu menjadi saat tersulit yang ingin segera berlalu. Selain kedua petugas, kakaku yang dari awal telah mendampingi sepanjang proses yang kulalui, sesekali ia juga menghiburku dengan berbagai nasihat-nasihat yang sebenarnya tidak sempat kuhiraukan karena yang ada dalam pikiranku adalah rasa sakit yang ingin segera berlalu dan pergi. Sore beranjak malam, sepertinya malam itu terasa kulalui begitu lambat berjalan, resah, gelisah, perih dan sakit campur menjadi satu, hingga dini hari menjelang akupun masih tak bisa memejamkan mata, sepinya rumah sakit irtu seakan mewakili dan menambah rasa ketidak nyamananku malam itu, sesekali terdengar obrolan orang-orang yang berjalan dilorong-lorong rumah sakit itu, suster jagapun sudah tidak lagi masuk dan mengontrol infus dan keadaanku. Pagipun tiba, kumandang adzan subuh terdengar dimana-mana, sepertinya pagi itu sedikit bersahabat denganku, pagi itu akhirnya akupun tertidur, sejenak melupakan rasa sakit, melupakan buruknya hari yang telah kulalui beberapa jam lalu. Tidak lama akupun terbangun lagi, terlihat dari sudut jendela kamar rungan yang kutempati itu sepertinya hari masih terlalu pagi, tetapi suster jaga ternyata datang lebih awal dari yang aku perkirakan, sesaat dia memberikan beberapa suntikan pada infus yang telah terpasang sejak semalam, sesekali akupun mengajaknya berbincang, walaupun keadaanku yang masih tak berdaya tetapi hari itu kulalui terasa sedikit lain, setidaknya hari itu bukanlah hari panjang yang menyakitkan yang telah kulalui kemarin. Hanya selang beberapa jam dari suster yang mengontrol itu dokter yang bertanggung jawab akan kondisikupun datang keruangku, beberapa pembicaraan yang terjadi antara dia dengan ibukupun terjadi, dengan melihat kondisiku dan beberapa pertimbangan hingga akhirnya dokter itupun mengatakan jika sore nanti aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Praktis hanya sehari semalam aku menginap dirumah sakit itu, "Alhamdulillah......." Pak dokter mengijinkan aku pulang dihari sore itu juga, yang itu semua lagi-lagi karena kehendak dan atas kuasaNYA dimana aku tidak mengalami luka dalam, tulang kaki, tangan dan bagian dalam lain smuanya sehat dan tak ada benturan apapun dikepala, ya…….itu adalah hal yang benar-benar sangat aku syukuri, dimana musibah yang kualami ini hanya menyisakan luka luar saja dan tidak separah seperti cerita orang-ortang yang kerap kudengar. Kini.…mau tidak mau akupun harus merelakan hari-hariku terkapar tak berdaya dikamar tidur dengan segala kondisi yg benar-benar tidak sanggup untuk berbuat banyak. Hanya bisa memandangi langit-langit kamar yang makin kusam karena memang tidak pernah kuhuni karena kuliahku yang memang ngekos diluar kota dan jarang sekali pulang, sebuah komputer disebelahku yang tetap membisu jika tidak dihidupkan, dan smua benda yang akan menjadi teman sekaligus saksi bisu dari waktu yang kulewati entah berapa lama. Tetapi untunglah dikamar itu ada beberapa teman-teman kecilku, dia adalah ikan-ikan diakuarium kecil yang merupakan satu-satunya teman hidup yang paling tidak mereka bisa bergerak dan mengeluarkan tingkah yang kadang sering menghiburku, dan lagi dialah juga yang menyaksikan segala tingkah dan aktifitasku sepangjang hari-hai yang kulalui sambil menanti kesembuhan yang selalu dan sangat kuharapkan dan kupanjatkan setiap saat kepada ALLAH SWT. Sempat pula aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ikan-ikanku tau jika aku sedang terkapar tak berdaya disampingnya??? Tapi paling tidak mreka tau jika saatnya kapan dia akan diberi makan olehku.
Ini adalah sebuah catatan singkat kisah nyata dari apa yang telah kualami yang kuharap akan menjadi sebuah wacana yang bisa diambil pelajarannya bagi diri pribadi dan siapapun yang sudi membacanya, bahwa “Walaupun kesehatan adalah bukan segala-galanya tapi percayalah tanpa kesehatan segala-galanya yang anda punya takan berarti apa-apa” dan dengan kesehatan itu, inganlah n lakukan segala kewajiban dan tanggung jawab kita kepada sesama manusia, lingkungan, terlebih tanggung jawab kepadaNYA kelak. Dan dengan kesehatan itu berbuatlah yang terbaik untuk hidup diri kita pribadi, Tapi yang pasti dan yang utama berhati-hatilah anda berkendara karena jika sesuatu yang tidak diharapkan itu benar-benar terjadi, maka hanya penyesalanlah yang menjadi ujung dari penderitaan itu. Sekian....
Ditulis Oleh : Akhmad Mubasir
Ya ok bgt
BalasHapusTrimakasik mas edwin...
BalasHapus